Langsung ke konten utama

Transudat Dan Eksudat

 2.5 Transudat Dan Eksudat

2.5.1  Definisi

Transudat merupakan timbunan cairan dalam rongga serosa (seperti: rongga pleura) yang diakibatkan oleh pengaruh tekanan hidrostatik dan osmotik, bukan karena adanya inflamasi.

2.5.2 Etiologi

Transudat biasanya dialami dengan adanya kelainan jantung karena dalam prosesnya transudat mengalami peningkatan tekanan hidrostatik akibat tersumbatnya pembuluh vena. Kelainan hati dan ginjal juga turut berpengaruh dalam terjadinya proses transudasi, karena dua organ ini berperan dalam menghasilkan protein yang berfungsi dalam menghasilkan tekanan osmotik dalam pembuluh darah. Eksudat merupakan timbunan cairan (disertai protein) yang keluar dari pembuluh darah akibat adanya infeksi. Tidak seperti transudat yang hanya timbul dibagian rongga serosa, eksudat juga dapat terjadi di jaringan lainnya. Ruang-ruang dalam tubuh yang tertutup adalah rongga pleura, rongga pericardium dan rongga peritoneum. Didalam rongga ini terdapat cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat dihitung karena jumlahnya yang sangat sedikit. Dalam keadaan normal, sejumlah cairan kecil ini berfungsi untuk mempermudah pelumasan antra membran rongga tubuh (parietal) dan membran visceral yang membungkus organ tubuh. Cairan dapat tertimbun di salah satu rongga akibat berbagai rangsangan. Cairan ini diperiksa untuk membedakan berbagai penyebab yang mungkin terjadi, yaitu infeksi, peradangan, trauma atau akibat keganasan primer atau sekunder. Penimbunan cairan dapat bersifat pasif maupun bagian dari suatu cairan neoplastik atau peradangan aktif. Penimbunan pasif sebenarnya adalah kebocoran cairan keluar dari pembuluh darah dan penimbunan ini biasanya noninflamatorik. Perbedaan antara cairan pasif dan aktif penting dalam diagnosis penyakit. Penimbunan cairan pasif disebut transudasi, sedangkan mekanisme aktif menghasilkan eksudat. Transudat dan eksudat perlu dibedakan karena perbedaan ini dapat memberikan petunjuk mengenai sifat proses penyakit.

Penimbunan cairan (efusi) terjadi akibat peningkatan netto ekanan hidrostatik, yang memaksa cairan menembus keluar kapiler dan masuk ke jaringan. Tekanan hidrostatik cenderung mendorong cairan keluar, dan hal ini dilawan oleh tekanan  onkotik didalam sirkulasi. Apabila tekanan onkotik plasma berkurang mendorong semakin banyak cairan keluar. Hal ini merupakan penyebab dari efusi serosa. Setiap proses yang meningkatkan tekanan hidrostatik di ujunh venosa besar kemungkinannya menyebabkan penimbunan cairan secara pasif. Sedangkan eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membran rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya, protein yang berukuran besar dan konsituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membedakan transudat dengan eksudat yaitu pemeriksaan makroskopi, pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan kimia serta bakteriologi. Pemeriksaan makroskopis mencakup kejernihan, warna, berat jenis dan beku spontan. Transudat biasanya berwarna kuning jernih dengan berat jenis <1,018 dan tidak membeku. Sedangkan, eksudat memiliki warna bervariasi (kuning, abu-abu, merah, merah muda) yang keruh dengan berat jenis >1,018 dan sering membeku karena mengandung fibrinogen. Pemeriksaan mikroskopis mencakup jumlah leukosit dan hitung jenis. Transudat memiliki jumlah leukosit <1000 sel/plural sedangkan eksudat memiliki >100 sel/pleural. Pemeriksaan kimia mencakup pemeriksaan protein, glukosa dan LDH. Kadar protein dalam eksudat lebih tinggi dibandingkan dengan eksudat. Eksudat mengandung protein >3g% atau sekitar >50% serum. Dalam pemeriksaan bakteriologi, transudat jarang ditemukan bakteri. Namun, dalam eksudat sering ditemukan bakteri. 

2.5.3 Mekanisme

Mekanisme transudat :

  • Terjadi sumbatan dalam vena (gagal jantung konitif) mengakibatkan tekanan hidrostatik meningkat

  • Berkurangnya pasokan protein plasma akibat penyakit serosis hati dan/atau hipoproteinemia (sindrom nefrotik)  🡪 mengakibatkan tekanan osmotik berkurang

  • Tekanan keluar lebih besar dari tekanan ke dalam pembuluh

  • Cairan keluar

Mekanisme eksudasi :

  • Patogen masuk

  • Sistem imun bekerja

  • Sel mast (Bagian dari linfosit) menghasilkan histamine

  • Histamin mengakibatkan permeabilitas pembuluh meningkat.

  •  Histamin juga menyebabkan vasodilatasi yang menyebabkan pasokan darah yang mengandung protein plasma meningkat di dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan tekanan darah kapiler meningkat. 

C:\Users\OLA\Downloads\22.jpg



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR ORGANISASI SEL

STRUKTUR SEL Sel memiliki 3 subdivisi utama      1.  Membran Plasma           Membran Plasma adalah suatu struktur membran yang sangat tipis yang membungkus setiap sel. Membran plasma memisahkan isi sel dari lingkungan sekitar. Membran Plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada di dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstrasel (CES) di luar sel. 2.  Nukleus Nukleus berfungsi mengatur sebagian besar aktivitas sel, pusat pengendali sel, dan mengendalikan fungsi metabolisme. Nukleus berisi bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA), yang memiliki dua fungsi penting :                    (1) mengarahkan sintesis protein                    (2) berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replikasi sel. 3. Sitoplasma Sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel. Sitosol dibentuk suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein yang dinamai sitoskeleton. Organel-organel yang terdapat di sitoplasma: 1) Retikulum Endoplasma Retikulum

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

Oleh ___ 14065--- IPE-6 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim ( teamwork ) Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama. Kolaborasi adalah s uatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya

Komunikasi Interprofessional (Mitra Kerja) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi d engan S ejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lain (Interprofessional Communication) Komunikasi kesehatan adalah proses peyampaian informasi terkait kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepi yang positif tentang masalah kesehatan dan individu juga memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.             Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Menurut Endang Basuki, pasien sering merasa bingung karena dua dokter (pelayan kesehatan) yang menangani penyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadang bertentangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.             Bentuk komunikasi dal