2.2 Pemulihan Jaringan
Hampir setiap individu pernah memiliki luka pada bagian tubuhnya. Luka pada bagian tubuh kemudian dapat hilang dikarenakan adanya proses pemulihan jaringan. Pemulihan jaringan adalah proses pemulihan radang yang terjadi setelah jejas. Sedangkan menurut Tambayong (2000) , pemulihan jaringan adalah proses penyembuhan jaringan yang mengalami cedera yang biasanya diawali dengan timbulnya respon peradangan.
2.2.1 Definisi Jaringan Parenkimal dan Stromal
Proses pemulihan jaringan melibatkan jaringan parenkimal dan jaringan sromal. Jaringan parenkimal adalah jaringan yang yang berperan di dalam pengggantian sel yang mati/rusak dengan sel-sel yang baru dan sama dengan sel lama yang telah rusak. Jaringan parenkimal bersifat fungsional. Jika terjadi luka, maka jaringan ini akan langsung bergenerasi dengan pembelahan sel sejenis untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Contoh jaringan parenkimal adalah sel hati (hepatosit). Sedangkan jaringan stromal merupakan jaringan yang berperan dalam proses penggantian sel atau jaringan yang rusak dengan jaringan ikat. (Price, 2006). Jaringan stromal memiliki bentuk organ yang mirip spons, berisi sel-sel pengikat, dan dapat membentuk pembentukan jaringan parut pada proses penyembuhan luka.
2.2.2 Tipe sel Labil, Stabil, serta Masing-masing Kapasitas Regenerasinya
Sebagian besar sel mengalami regenerasi. Namun, sel memiliki kemampuan regenerasi yang berbeda-beda. Menurut kemampuan regenerasinya, sel dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sel labil, sel stabil, dan sel permanen.
Sel Labil
Sel labil adalah sel yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi (Pringgoutomo, 2006). Sel labil berfungsi mengganti sel yang rusak pada proses fisiologis. Sel ini memiliki fase Go yang singkat (fase istirahat). Contoh sel labil adalah sel limfoid, sel epitel, epidermis pada kulit.
Sel Stabil
Sel stabil adalah jenis sel yang memiliki kemampuan regenerasi yang terbatas. Sel stabil berfungsi mengganti sel yang mati. Karena kemampuan regenerasinya terbatas, proses regenerasi sel stabil menghabiskan waktu yang lama (Pringgoutomo, 2006). Pemulihan jaringan pada sel stabil hanya dapat terjadi saat jaringan penunjang sel parenkim masih baik. Contoh sel stabil adalah sel hati, sel pancreas, ginjal.
Sel Permanen
Sel permanan adalah jenis sel yang tidak memiliki kemampuan regenerasi. Sel ini tidak dapat diganti bila rusak karena sel permanen tidak memiliki kemampuan membelah setelah kehidupan post-natal (Pringgoutomo, 2006). Contoh sel permanen adalah neuron saraf pusat dan tepi serta otot jantung.
2.2.3 Pemulihan Luka dengan Intensi Primer dan Intensi Sekunder
Jenis luka terdiri atas jenis luka ringan dan jenis luka berat. Contoh jenis luka ringan adalah luka insisi akibat pembedahan, sedangkan contoh jenis luka yang luas dan tepi lukanya berjauhan. Pemulihan luka yang terjadi berdasarkan jenis luka dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemulihan luka dengan intense primer (healing by first intention) dan pemulihan luka dengan intennsi sekunder (healing by second intention) (Price, 2006).
2.2.3.1 Pemulihan Luka dengan Intensi Primer (healing by first Intention)
Pemulihan luka dengan intense primer adalah pemulihan luka yang terjadi pada luka yang sederhana dan tepi lukanya dapat didekatkan. Pringgoutomo (2006) mengungkapkan bahwa pemulihan luka dengan intense primer terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
Timbulnya perdarahan dan pembekuan darah pada daerah luka. Pada tahap ini, darah akan keluar dari pembuluh darah yang rusak. Pembekuan darah pada tahap ini melibatkan fibrin yang akan mengisi daerah yang rusak
Respon peradangan. Pada tahap ini terjadi proses inflamasi dan terjadi fagositosis jaringan nekrotik oleh sel radang serta tempat untuk tumbuhnya pembuluh darah baru.
Pembentukan jaringan granulasi. Tahap pembentukan jaringan granulasi merupakan tahap saat sel radang terutama sel makrofag mengeluarkan zat yang memicu timbulnya angioblas dan fibroblast. Fibroblast akan mengakibatkan kedua tepi luka tertarik dan melekat. Jaringan granulasi memiliki banyak kandungan pembuluh darah dan akan membawa makrofag yang akan menstimulasi proliferasi fibroblast dan angioblas.
Pembentukan Jaringan parut. Pembentukan jaringan parut terbentuk setelah fibroblast bertambah dan menghasilkan kolagen. Kolagen yang dihasilkan fibroblast dapat mengubah jaringan granulasi menjadi jaringan parut.
Perbaikan jaringan parut merupakan proses perbaikan jaringan parut sehingga jaringan parut memiliki kekuatan dan daya tahan elastis.
Regenerasi sel epitel permukaan
2.2.3.2 Pemulihan Luka dengan Intensi Sekunder
Pemulihan luka dengan intense sekunder terjadi pada luka yang luas dan tepinya berjauhan sehingga akan terbentuk rongga yang diisi oleh beku darah dan jaringan nekrotik (Pringgoutomo, 2006). Menurut Price (2006), jenis pemulihan luka dengan pemulihan luka intense primer, hanya saja pada pemulihan luka intense sekunder akan terbentuk lebih banyak granulasi dan akan membentuk jaringan parut yang lebih luas. Pemulihan luka dengan intense sekunder akan menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan intense primer (Price, 2006).
2.2.4 Tahapan Proses Pemulihan
Menurut Morison (2009), tahapan proses pemulihan luka dapat dibagi menjadi empat tahapan yaitu tahapan respons inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferative, dan fase maturasi. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan Price (2006). Menurut Price (2006), saat terjadi cedera, maka tubuh akan melakukan respon infalamasi akut yang hemostasis, pelepasan histamine dari meditor-mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan pembentukan keropeng. Setelah respon peradangan, tepi-tepi luka akan berkontaksi untuk mendekat. Kemudian, darah dan jaringan yang mati akan dibersihkan oleh fagosit melalui tahap yang disebut dengan debridement. Setelah respon peradangan mereda dan kondisi tubuh kembali seperti saat sebelum terjadi resspon peradangan, Setelah itu, dimulailah stadium organisasi atau proliferasi. Pada tahap ini organisasi atau proliferasi, mulai terbentuk jaringan parut untuk mengisi luka dengan cara pembentukan kucup kapiler dari angioblas, kolagen dari fibroblast, dan migrasi sel epitel dari tepi luka ke tengah luka. Walaupun jaringan parut sudah terbentuk, namun proses pemulihan ini masih memerlukan tahap remodeling . Jaringan granulasi yang tadinya cukup seluler dan vaskuler, lambat laun menjadi kurang seluler dan kurang vascular serta menjadi kolagen yang lebih padat. Selain itu, jaringan parut yang awalnya agak lunak juga akan menjadi lebih padat dan lebih pucat pada akhir proses pemulihan karena adanya proses regresi pembuluh darah (Price, 2006).
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemulihan Jaringan
Faktor yang mempengaruhi pemulihan jaringan terdiri atas suplai darah, usia, nutrisi atau gizi, dan pendekatan tepi luka yang baik (Price, 2006). Suplai darah yang baik dan mencukupi ke daerah cedera akan mempercepat pemulihan jaringan karena proses pemulihan jaringan sangat membutuhkan suplai darah dalam prosesnya. Usia juga akan mempengaruhi pemulihan jaringan. Pada anak-anak atau usia muda, proses pemulihan jaringan akan berjalan dengan lebih cepat karena anak-anak dan usia muda masih memiliki fungsi tubuh yang baik sehingga sel dan jaringan yang berperan dalam penyembuhan luka pun akan bekerja dengan lebih cepat. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pemulihan luka adalah nutrisi. Nutrisi terutama protein, vitamin C, dan seng yang adekuat sangat membantu dalam proses pemulihan jaringan. Orang yang mengonsumsi nutrisi yang baik akan cepat mengalami pemulihan jaringan. Pendekatan tepi luka yang baik juga merupakan faktor yang paling penting dalam pemulihan jaringan. Orang yang memiliki pendekatan tepi luka yang baik akan lebih cepat pulih karena lukanya dapat segera tertutupi (Price, 2006).
Komentar
Posting Komentar