Hipermia
Menurut Mitchell (2008) mengungkapkan bahwa hiperemia merupakan proses aktif yang disebabkan oleh peningkatan aliran serta volume darah akibat melebarnya pembuluh darah. Ada dua macam hiperemia yang diapaprkan sebagai berikut:
Hiperemia aktif
Hiperemia aktif terjadi karena aliran darah ke dalam daerah yang terjangkit bertambah dari biasanya. Hal ini terjadi karena adanya dilatasi arteriol atau kapiler yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal akibat terangsangnya saraf vasodilator.
Hiperemia pasif (kongesti)
Hiperemia pasif terjadi karena gangguan aliran darah dari daerah yang terjangkit. Hal ini terjadi karena jumlah darah vena atau aliran darah vena berkurang atau terjadi gangguan pengosongan darah vena. Hiperemia pasif dapat terjadi salah satunya akibat pemasangan torniket dan penekanan aliran vena oleh tumor.
Adapun tanda-tanda bagi orang yang terjangkit hiperemia yaitu kemerahan pada daerah yang terjangkit karena penuh dengan darah yang kaya oksigen. Kemudian, terasa hangat pada daerah yang terjangkit.
Mekanisme hiperemia berawal dari respons inflamasi awal yang berlangsung di daerah yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di temapt infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mediator yaitu histamin dan prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostagladin untuk memvasodilatasi. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisial sehingga terjadi pembengkakan.
Kongesti
Kongesti merupakan proses pasif dari hyperemia yang diakibatkan oleh tergangunya aktivitas aliran darah balik vena dari dalam jaringan. Definisi dari kengesti sendiri yaitu merupakan keadaan penumpukan cairan yang abnormal di region tubuh tertentu. Cirinya yaitu jaringan akan berwarna merah kebiruan (sianosis), sehingga terjadi deoksihemoglobin dan selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia. Ada 2 jenis kongesti, akut dan kronis, keduanya dapat menyebabkan gangguan yang terlihat jelas di hati dan paru. Kongesti akut berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada pengaruh yang signifikan pada daerah yang terkena. Sedangkan kongesti kronis berlangsung lama dan menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan pada jaringan yang terkena. Kongesti akut dapat menyebabkan dinding udara pada paru menebal dan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah di sentral tiap lobules hati. Kongesti umumnya memicu terjadinya edema, penanganannya memakai hormone ADH untuk mengatasi keabnormalan jumlah cairan tersebut.
Komentar
Posting Komentar