Langsung ke konten utama

Hiperemia dan Kongesti

 

  1. Hipermia

Menurut Mitchell (2008) mengungkapkan bahwa hiperemia merupakan proses aktif yang disebabkan oleh peningkatan aliran serta volume darah akibat melebarnya pembuluh darah. Ada dua macam hiperemia yang diapaprkan sebagai berikut:

  1. Hiperemia aktif

Hiperemia aktif terjadi karena aliran darah ke dalam daerah yang terjangkit  bertambah dari biasanya. Hal ini terjadi karena adanya dilatasi arteriol atau kapiler yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal akibat terangsangnya saraf vasodilator.

  1. Hiperemia pasif (kongesti)

Hiperemia pasif terjadi karena gangguan aliran darah dari daerah yang terjangkit. Hal ini terjadi karena jumlah darah vena atau aliran darah vena berkurang atau terjadi gangguan pengosongan darah vena. Hiperemia pasif dapat terjadi salah satunya akibat pemasangan torniket dan penekanan aliran vena oleh tumor.

Adapun tanda-tanda bagi orang yang terjangkit hiperemia yaitu kemerahan pada daerah yang terjangkit karena penuh dengan darah yang kaya oksigen. Kemudian, terasa hangat pada daerah yang terjangkit.

Mekanisme hiperemia berawal dari respons inflamasi awal yang berlangsung di daerah yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di temapt infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mediator yaitu histamin dan prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostagladin untuk memvasodilatasi. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisial sehingga terjadi pembengkakan.

  1. Kongesti 

Kongesti merupakan proses pasif dari hyperemia yang diakibatkan oleh tergangunya aktivitas aliran darah balik vena dari dalam jaringan. Definisi dari kengesti sendiri yaitu merupakan keadaan penumpukan cairan yang abnormal di region tubuh tertentu. Cirinya yaitu jaringan akan berwarna merah kebiruan (sianosis), sehingga terjadi deoksihemoglobin dan selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia. Ada 2 jenis kongesti, akut dan kronis, keduanya dapat menyebabkan gangguan yang terlihat jelas di hati dan paru. Kongesti akut berlangsung dalam waktu singkat dan tidak ada pengaruh yang signifikan pada daerah yang terkena. Sedangkan kongesti kronis berlangsung lama dan menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan pada jaringan yang terkena. Kongesti akut dapat menyebabkan dinding udara pada paru menebal dan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah di sentral tiap lobules hati. Kongesti umumnya memicu terjadinya edema, penanganannya memakai hormone ADH untuk mengatasi keabnormalan jumlah cairan tersebut. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR ORGANISASI SEL

STRUKTUR SEL Sel memiliki 3 subdivisi utama      1.  Membran Plasma           Membran Plasma adalah suatu struktur membran yang sangat tipis yang membungkus setiap sel. Membran plasma memisahkan isi sel dari lingkungan sekitar. Membran Plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada di dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstrasel (CES) di luar sel. 2.  Nukleus Nukleus berfungsi mengatur sebagian besar aktivitas sel, pusat pengendali sel, dan mengendalikan fungsi metabolisme. Nukleus berisi bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA), yang memiliki dua fungsi penting :                    (1) mengarahkan sintesis protein                    (2) berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replikasi sel. 3. Sitoplasma Sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel. Sitosol dibentuk suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein yang dinamai sitoskeleton. Organel-organel yang terdapat di sitoplasma: 1) Retikulum Endoplasma Retikulum

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

Oleh ___ 14065--- IPE-6 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim ( teamwork ) Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama. Kolaborasi adalah s uatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya

Komunikasi Interprofessional (Mitra Kerja) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi d engan S ejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lain (Interprofessional Communication) Komunikasi kesehatan adalah proses peyampaian informasi terkait kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepi yang positif tentang masalah kesehatan dan individu juga memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.             Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Menurut Endang Basuki, pasien sering merasa bingung karena dua dokter (pelayan kesehatan) yang menangani penyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadang bertentangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.             Bentuk komunikasi dal