Langsung ke konten utama

Dehidrasi

 Dehidrasi

  2.12.1 Definisi

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak, 1996). Guyton (1995) mendefinisikan dehidrasi sebagai hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Maka dapat disimpulkan dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh dalam jumlah yang tidak normal. Dehidrasi terjadi ketika cairan dalam tubuh keluar lebih banyak dibandingkan yang masuk. Dehidrasi tidak termasuk dalam klasifikasi penyakit melainkan gejala yang ditimbulkan dari beberapa penyakit, umumnya diare berat yang disertai muntah dan kekurangan gizi.  Dehidrasi pada umumnya terjadi pada anak-anak atau bayi (terutama berusia lima tahun kebawah). Hal ini dikarenakan kebutuhan tubuh mereka akan air sangat besar dan pertumbuhan organ yang sedang dalam proses (terutama ginjal) sehingga mereka sangar rentan.

2.12.2 Etiologi

Secara garis besar, dehidrasi disebabkan oleh 3 faktor, antara lain:

  1. Kurangnya ion natrium (Na) atau disebut sodium depletion.

  2. Kurangnya asupan air ke dalam tubuh, biasa disebut water depletion.

  3. Gabungan keduanya.

Selain itu, terdapat beberapa penyebab lain yang perlu diketahui, yaitu:

  1. Diare

  2. Muntah

  3. Penggunaan obat diuretik yang mengakibatkan ginjal mengeluarkan sejumlah besar air dan garam

  4. Panas yang berlebihan

  5. Demam

Kurangnya asupan cairan karena penyakit tertentu, misalnya Diabetes dan Addison.

2.12.3 Klasifikasi

Tingkat bahaya yang ditimbulkan akibat dehidrasi pada seseorang bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialaminya. Penurunan berat badan dapat dijadikan indicator keparahan tingkar dehidrasi.  WHO pada tahun 2005 mengklasifikasikan derajat dehidrasi beserta tanda dan gejalanya, dalam 3 kategori yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat. 

Tanda dan Gejala

Dehidrasi Ringan

(3-5%)

Dehidrasi Sedang

(5-10%)

Dehidrasi Berat

(>10%)

Keadaan Umum

Baik

Sedang

Lemas

Mata

Normal

Cekung

Cekung

Haus

Normal

Haus

Tidak bisa minum

Turgor

Normal

Lambat

Sangat lambat

Derajat dehidrasi menurut WHO, 2005

Menurut European Hydration Institute,  berdasarkan tingkat cairan yang hilang dari tubuh, dehidrasi di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu hipertonik, isotonic, dan hipotonik.

  1. Dehidrasi Hipertonik

Merupakan dehidrasi dimana tubuh lebih kekurangan air dibandingkan cairan eletrolit (natrium/sodium). Pada dehidrasi ini, cairan ekstraseluler bersifat hipotonis sehingga air berpindah dari ekstrasel ke dalam intrasel. Dehidrasi hipertonik akan timbul bila seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni yang tidak mengandung elektrolit.

  1. Dehidrasi Isotonik

Dehidrasi dimana tubuh kehilangan elektrolit dan air dalam jumlah yang sama. Tidak ada pergerakan osmotik air dari intrasel menuju ekstrasel. Jenis dehidrasi inilah yang paling sering terjadi pada anak-anak akibat muntah dan diare yang berkepanjangan. 

  1. Dehidrasi Hipotonik

Jenis dehidrasi ini merupakan jenis dimana tubuh kehilangan elektrolit lebih banyak dibandingkan air.. cairan osmotic ekstraseluer mengalami perpindahan menuju intraseluler. Hal ini disebabkan seringnya asupan air  tanpa kandungan elektrolit atau natrium masuk dalam tubuh dan pengeluaran keringat yang berlebihan. Terjadi pada sekitar 10-15% dari kasus diare dehidrasi pada anak. Komplikasi dehidrasi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada tekanan otak (cerebral edema) yang disebut hiponatremia.

2.12.4 Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah tanda-tanda seseorang berada di dalam kondisi dehidrasi:

  1. Haus

Ini merupakan tanda yang paling umum dan awal. Rasa haus akan diikuti oleh mulut dan tenggorokan yang terasa kering, serta lidah yang membengkak. Oleh karena itu, segeralah minum air putih.

  1. Jarang buang air kecil

Akibat dari tubuh yang kekurangan cairan, maka ginjal akan lebih sedikit dalam memproduksi urin. Jumlah air yang sedikit di dalam tubuh mengakibatkan ginjal hanya menyaring sedikit air saat proses pembuatan urun. Hal ini dikarenakan air yang sedikit itu harus memenuhi asupan cairan bagi bagian tubuh lainnya. Urin pun akan sedikit kental dan berwarna lebih kuning atau gelap.

  1. Kulit tidak elastis

Ketidakelastisan kulit ini ditandai dengan kulit yang terlihat kering. Selain itu, saat kita mencubit kulit, kulit tidak segera kembali ke posisi semula.

  1. Kepala terasa pusing dan berkunang-kunang

Selain kepala terasa pusing dan berkunang-kunang, tubuh juga terasa lelah dan mengantuk Oleh karena itu, segera minum air putih sebanyak-banyaknya.

  1. Sembelit

Dehidrasi dapat mengakibatkan sembelit karena jumlah cairan di dalam tubuh berkurang.

  1. Tidak berkeringat

Seseorang tidak akan mengeluarkan keringat walaupun cuacanya sedang/sangat panas.

2.12.5 Mekanisme

Saat air yang hilang lebih banyak daripada air yang masuk, dehidrasi akan menstimulasi rasa haus. Pengurangan volume darah akan membuat tekanan darah turun. Perubahan tersebut akan menstimulasi ginjal melepaskan renin yang akan mempromosikan pembentukan angiotensin II. Peningkatan impuls saraf dari osmoreseptor di hipotalamus akan memicu peningkatan osmolaritas darah dan juga meningkatkan jumlah angiotensin II di dalam darah yang keduanya akan menstimulasi pusat rasa haus di hipotalamus. Sinyal lain yang menstimulasi rasa haus berasal dari neuron mulut yang mendeteksi kekeringan karena pengurangan jumlah aliran saliva dan baroreseptor yang mendeteksi penurunan tekanan darah pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan sensasi rasa haus akan memacu seseorang untuk meningkatkan asupan airnya. Namun, terkadang sensasi rasa haus tersebut tidak terjadi dengan baik atau akses air terbatasi sehingga dehidrasi yang signifikan mungkin akan muncul. Hal tersebut sering terjadi pada orang tua, bayi, dan para orang yang mengalami gangguan mental.

2.12.6 Akibat

Jika tidak segera ditangani dapat membahayakan si penderita karena dapat berakibat menjadi tidak sadar, koma, atau bahkan kematian. Berikut ini akan disebutkan dampak dehidrasi berdasarkan jenis zat yang dikeluarkan:

  1. Dehidrasi primer

Dampaknya adalah timbulnya oliguria (terangsangnya kelenjar Hipofisis untuk mengeluarkan ADH), rasa haus, pengurangan secret saliva, dan melemahnya kondisi tubuh.

  1. Dehidrasi sekunder

Dampaknya adalah timbulnya nausea (mual), lelah, sakit kepala, muntah, kejang, penurunan volume darah yang mengakibatkan tekanan darah rendah, dan gangguan asam-basa.

2.12.7 Penanganan

Apabila terjadi dehidrasi, langkah awal yang harus dilakukan adalah:

  1. Beri air minum dengan jumlah banyak untuk tahap dehidrasi ringan.

  2. Beri asupan garam, khususnya natrium (Na) dan kalium (K), untuk yang kehilangan zat elektrolit.

  3. Mengkonsumsi minuman yang mengandung air, garam, dan elektrolit yang dijual.

  4. Bagi penderita penyakit ginjal dan jantung harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

  5. Bagi penderita yang dehidrasi karena kondisi tertentu, misalnya diare, harus dilakukan penanganan juga terhadap penyakit diare yang bersangkutan.

Cara penanganan sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan banyak meminum air putih minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari:

  1. Air putih yang higienis/air mineral

Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.

  1. Air berion

Berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.

  1. Jus buah

Jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR ORGANISASI SEL

STRUKTUR SEL Sel memiliki 3 subdivisi utama      1.  Membran Plasma           Membran Plasma adalah suatu struktur membran yang sangat tipis yang membungkus setiap sel. Membran plasma memisahkan isi sel dari lingkungan sekitar. Membran Plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada di dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstrasel (CES) di luar sel. 2.  Nukleus Nukleus berfungsi mengatur sebagian besar aktivitas sel, pusat pengendali sel, dan mengendalikan fungsi metabolisme. Nukleus berisi bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA), yang memiliki dua fungsi penting :                    (1) mengarahkan sintesis protein                    (2) berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replikasi sel. 3. Sitoplasma Sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel. Sitosol dibentuk suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein yang dinamai sitoskeleton. Organel-organel yang terdapat di sitoplasma: 1) Retikulum Endoplasma Retikulum

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

Oleh ___ 14065--- IPE-6 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim ( teamwork ) Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama. Kolaborasi adalah s uatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya

Komunikasi Interprofessional (Mitra Kerja) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi d engan S ejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lain (Interprofessional Communication) Komunikasi kesehatan adalah proses peyampaian informasi terkait kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepi yang positif tentang masalah kesehatan dan individu juga memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.             Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Menurut Endang Basuki, pasien sering merasa bingung karena dua dokter (pelayan kesehatan) yang menangani penyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadang bertentangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.             Bentuk komunikasi dal