Langsung ke konten utama

Tipe dan Fungsi Mediator-Mediator Radang

 Pada proses radang, meskipun penyebabnya berbeda-beda, namun reaksi yang ditimbulkan sama. Hal ini disebabkan karena ada zat mediator kimia yang menentukan reaksi yang terjadi (Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002). Mediator bekerja dengan berikatan dengan reseptor spesifik yang sebagian memiliki aktivitas enzimatik langsung seperti protease, dan sebagian melakukan mediasi terhadap kerusakan oksidatif seperti metabolit oksigen. Sebagian besar mediator hidup singkat, karena penguraian yang cepat dan diinaktivasi oleh enzim atau inhibisi oleh inhibitor.

Mediator dapat berasal dari plasma atau dari sel (Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002).

  • Mediator sel, bersumber dari trombosit, netrofil, monosit/makrofag dan sel mast. Mediator ini ditemukan dalam dua bentuk, yaitu sebagai granula dalam sel yang siap pakai dan dalam bentuk yang harus disintesis terlebih dahulu ketika ada stimulus. Mediator sel dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

  1. Amin Vasoaktif (vasoactive amine)

Histamin dan serotonin dari simpanan seluler yang terbentuk sebelumnya merupakan dua diantara beberapa mediator dalam proses inflamasi (Mitchell, dkk., 2006). Kedua mediator ini menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Sel mast, basofil dan trombosit merupakan sumber dari histamin dan serotonin. Pelepasan sel mast ini dapat disebabkan oleh agen fisik seperti trauma dan panas, reaksi imun yang melibatkan IgE, reaksi anfilaksis, dan  faktor pelepasan histamin yang berasal dari leukosit. Pelepasan trombosit di stimulasi melalui kontak dengan kolagen, trombin, adenosin difosfat (ADP), kompleks antigen-antibodi, dan faktor pengaktif trombosit.

  1. Metabolit yang berasal dari asam arakidonat

Zat yang berasal dari sel asam arakidonat misalnya prostaglandin, lekoten, zat lipd yang berasal dari kemotaktik (Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002). Pembentukan asam arakidonat akan dihambat oleh obat golongan steroid, sedangkan pembentukan prostaglandin akan dihambat oleh obat aspirin dan indomethacin. Prinsip kerja zat ini yaitu vasokonstriksi, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas, dan kemotaksis.

  1. Limfokin

Limfokin berasal dari zat aktif hasil sel-T akibat reaksi imunologik. Interferon dan interleukin termasuk kedalam kelompok ini. Interferon memiliki kemampuan anti viral dan anti tumor.

  1. Nitrogen monoksida (NO)

Mediator ini mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan dihasilkan oleh sel endotel dan makrofag

  1. Radikal bebas yang berasal dari oksigen

Zat ini cenderung untuk menimbulkan kerusakan. Hal ini karena pada jaringan zat tersebut dapat menyebabkan:

  • Kerusakan sel endotel yang secara tidak langsung akan menyebabkan meningkatknya permeabilitas

  • Tidak aktifnya antiprotease, sehingga kerusakan jaringan semakin meluas

  • Meningkatnya proses kemotaksis

Pada keadaan normal, di dalam serum terdapat zat yang dapat mencegah pengaruh radikal sehingga kerusakan jaringan tidak terjadi.

  • Mediator plasma. Mediator ini terdapat dalam bentuk prekursor dan perlu diaktifkan untuk dapat berfungsi. Mediator ini juga dibagi menjadi empat bagian kecil sistem enzimatik yang saling berhubungan dan membentuk berbagai mediator inflamasi yaitu komplemen, kinin, faktor koagulasi, dan sistem fibrinolitik (Underwood, 1996).

  1. Sistem Kinin

Kinin merupakan peptida dari 9-11 asam amino. Sistem ini menghasilkan bradikinin dan proses fibrinolisis atau koagulasi. Apabila plasma mengenai kolagen atau endotoksin, maka faktor Hageman akan diaktifkan (Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002). Bradikinin berperan mirip seperti histamin, yaitu meningkatkan permeabilitas kapiler, vasokonstriksi otot polos dan vasodilatasi pembuluh darah. Rasa nyeri yang timbul saat inflamasi terutama diakibatkan oleh bradikinin.

Faktor Hageman akan mengaktifkan sistem pembekuan darah dengan hasil berupa fibrinogen yang akan diubah menjadi fibrin. Pada proses ini akan terbentuk fibrinopeptida yang mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah meningkat dan aktifitas kemotaktik lekosit. Proses fibrinolisis akan menyebabkan pembekuan yang dapat mengikat kuman.

  1. Sistem Komplemen

Sistem komplemen merupakan bagian dari sistem protein enzimatik (Underwood, 1996). Pada jaringan nekrosis, enzim yang mampu mengaktifkan komplemen dibebaskan dari sel yang telah mati. Produksi kinin, koagulasi dan sistem fibrinolitik juga dapat mengaktifkan sistem komplemen. Pada sistem komplemen, produk yang mengaktifkannya merupakan produk yang penting pada radang akut, antara lain:

  • C5a: kemotaksis untuk neutrofil, meningkatkan permeabilitas vaskuler, membebaskan histamin dari sel mast

  • C3a: mempunyai sifat yang sama dengan C5a, namun kurang aktif

  • C567: kemotaksis untuk neutrofil

  • C56789: memiliki aktivitas sistolik

  • C4b, 2a, 3b: opsonisasi bakteri, yaitu memberi fasilitas fagositosis oleh makrofag

  1. Sistem Koagulasi

Sistem koagulasi bertanggung jawab terhadap perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan merupakan suatu komponen utama dari eksudat radang akut.

  1. Sistem Fibrinolitik

Pada sitem ini plasmin bertanggung jawab terhadap lisisnya fibrin menjadi produk fibrin yang rendah, yang mungkin memiliki efek lokal pada permeabilitas vaskuler.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR ORGANISASI SEL

STRUKTUR SEL Sel memiliki 3 subdivisi utama      1.  Membran Plasma           Membran Plasma adalah suatu struktur membran yang sangat tipis yang membungkus setiap sel. Membran plasma memisahkan isi sel dari lingkungan sekitar. Membran Plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada di dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstrasel (CES) di luar sel. 2.  Nukleus Nukleus berfungsi mengatur sebagian besar aktivitas sel, pusat pengendali sel, dan mengendalikan fungsi metabolisme. Nukleus berisi bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA), yang memiliki dua fungsi penting :                    (1) mengarahkan sintesis protein                    (2) berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replikasi sel. 3. Sitoplasma Sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel. Sitosol dibentuk suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein yang dinamai sitoskeleton. Organel-organel yang terdapat di sitoplasma: 1) Retikulum Endoplasma Retikulum

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

Oleh ___ 14065--- IPE-6 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim ( teamwork ) Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama. Kolaborasi adalah s uatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya

Komunikasi Interprofessional (Mitra Kerja) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi d engan S ejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lain (Interprofessional Communication) Komunikasi kesehatan adalah proses peyampaian informasi terkait kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepi yang positif tentang masalah kesehatan dan individu juga memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.             Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Menurut Endang Basuki, pasien sering merasa bingung karena dua dokter (pelayan kesehatan) yang menangani penyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadang bertentangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.             Bentuk komunikasi dal