Fase Hemodinamik
Dalam Fase Hemodinamik terdapat beberapa komponen utama yang menjadi hal terpenting dalam fase ini. Komponen hemodinamik meliputi tiga komponen utama, yaitu volume (darah dan cairan) sebagai isi, pembuluh darah (arteri, vena dan kapiler) sebagai pipa, dan jantung sebagai pompa. Selain itu, juga ada faktor penentu terjadinya fase hemodinamik ini. Adapun faktor penentu hemodinamik, yaitu :
Pre-load
Menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolik digambarkan melalui Central Venous Pressure. Sedangkan, pre load ventrikel kiri melalui Pulmonari Arterial Pressure.
Contractility
Menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
After load
Menggambarkan kekuatan tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
Parameter Hemodinamik, yaitu tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri pulmonalis, tekanan kapiler arteri pulmonalis, tekanan atrium kiri, tekanan ventrikel kanan, curah jantung, tekanan arteri sistemik. Pemantauan hemodinamik adalah sesuatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasif. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
Dalam fase ini juga terdapat tiga respon radang, di antara lain: respon singkat, respon sustainable (segera dan menetap), serta respon lambat dan menetap. Respon singkat atau segera yaitu respon yang berlangsung sebentar atau dalam waktu singkat yang diakibatkan jejas ringan dan hanya mengenai pembuluh darah kapiler. Respon segera dan menetap yaitu respon yang diakibatkan jejas berat serta mengenai seluruh pembuluh darah. Respon lambat dan menetap yaitu merupakan respon yang diakibatkan jejas ringan namun berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus.
Fase Selular
Respons selular adalah tahapan respons kedua setelah respons vaskuler. Respons ini ditandai dengan keluarnya cairan leukosit dari lumen menuju jaringan interstitial diikuti oleh fagositosis. Fase – fase selular radang terdiri dari empat tahap, yaitu margination (penepian), emigration, kemotaksis, dan fagositosis.
Tahap pertama, margination atau pavementing yaitu penepian sel-sel darah putih menuju dinding kapiler. Sel darah putih terdiri dari granulosit dan monosit. Granulosit terbagi menjadi tiga tipe, yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Pada tahap selular radang, neutrofil merupakan sel darah putih utama yang sampai di area inflamasi, dan biasanya selama 90 menit waktu jejas. Neutrofil berisi enzim-enzim dan antibakteri yang digunakan untuk membunuh dan mengurangi partikel yang ditelan. Hal ini dikarenakan sel darah putih memiliki inti yang terbagi kedalam tiga sampai lima lobus, disebut sebagai polymorphonuclear (PMNs) atau segmented neutrofil (segs). Pada saat proses inflamasi, jumlah neutrofil meningkat dalam jumlah besar di dalam darah. Eosinofil meningkat dalam darah selama terjadi reaksi alergi dan infeksi parasit. Sedangkan basofil mengandung histamine dan mediator bioaktif lain dari inflamasi. Basofil terlibat untuk memimbulkan gejala pada inflamasi dan reaksi energi.
Tahap kedua, emigration yaitu perpindahan sel-sel darah putih dari dinding kapiler. Selama tahap awal dari respons inflamasi, cairan leukosit meninggalkan kapiler-kapiler darah, dan menyebabkan viskositas (kekentalan) darah meningkat. Terjadi pelepasan mediator kimia dan sitokin yang mempengaruhi sel-sel endotel kapiler dan menyebabkan leukosit meningkatkan ekspresi molekul adhesi. Leukosit mulai bermigrasi atau pindah ke sepanjang tepi pembuluh darah. Setelah leukosit berekspresi molekul adhesi ke sel-sel endotel, terjadilah emigrasi. Emigrasi adalah mekanisme dimana leukosit memperpanjang pseudopodia, melewati dinding kapiler dengan gerakan amoeba dan migrasi ke dalam ruang jaringan. Proses pergerakan sel darah putih melalui dinding kapiler disebut sebagai diapedesis.
Tahap ketiga, kemotaksis adalah proses dimana leukosit bermigrasi karena respon sinyal kimia. Leukosit berjalan melalui jaringan dipandu oleh hasil sekret sitokin dengan cara kemotaksis. Tahap terakhir adalah fagositosis. Fagositosis adalah proses penelanan dan penurunan bakteri oleh neutrofil dan makrofag. Fagositosis terdiri dari empat tahapan yang berbeda, yaitu kemotaksis, opsonisasi, penelanan, dan pembunuhan intraseluler. Tahap pertama yaitu kemotaksis. Neutrofil dan makrofag kemotaksis dapat dirangsang oleh banyak faktor termasuk komplemen (pelengkap), faktor kemotaksis yang diproduksi oleh leukosit dan bakteri. Hubungan kontak antara bakteri atau antigen dengan membran sel fagosit merupakan hal penting untuk menjebak agen dan sebagai pemicu langkah terakhir dari fagositosis. Apabila antigen dilapisi antibodi atau komplemen, sifat mengikat diantaranya semakin meningkat karena pengikatan oleh reseptor komplemen. Proses pengikatan antigen dengan antibody atau komplemen disebut opsonisasi. Opsonisasi membantu kerja sel fagosit pada proses fagositosis. Tahap ketiga, penelanan. Tahap ini diikuti oleh pengenalan dari agen sebagai benda asing. Perpanjangan sitoplasma mengelilingi dan menutup partikel fagositis dan fagosom di dalam membran tertutup. Di dalam sel sitoplasma, fagosom bergabung dengan lisosom yang berisi molekul antibakteri dan enzim yang mencerna mikroba.
Tahap terakhir, yaitu pembunuhan intraselular. Pembunuhan intraselular pathogen dilakukan melalui beberapa mekanisme, termasuk enzim, defensin, dan oksigen beracun dan produk nitrogen yang dihasilkan melalui proses metabolisme.
Komentar
Posting Komentar