Setelah mengikuti mata kuliah kolaborasi kesehatan di semester 2
ini, saya mendapatkan begitu banyak pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat.
Sebagai mahasiswa ilmu keperawatan dan sebagai calon perawat yang nantinya akan
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien mewajibkan saya untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang profesional, begitu pun dengan mahasiswa-mahasiswi
profesi lain. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keprofesionalan tersebut maka
dirancanglah sebuat mata kuliah yang bernama Kolaborasi Tim Kesehatan. Sesuai
dengan namanya, mata kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan ini dikhususkan kepada
seluruh mahasiswa-mahasiswi Rumpun Ilmu Kesehatan, yaitu Fakultas Kedokteran,
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Farmasi, dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk berkolaborasi dalam kegiatan mata kuliah
ini layaknya sebuah tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
Pengalaman yang paling berkesan menurut saya adalah pada saat membuat
proyek akhir. IPE 6 dibagi menjadi 2 tim dan mulai ditntukan siapa yang akan
mejadi ketua tim. Ketua tim ini akan memimpin setiap diskusi dalam modul
kolaborasi. Seorang ketua ialah orang yang bertanggung jawab untuk memimpin
setiap anggota kelompoknya, dan saya tidak yakin bisa untuk memegang tanggung
jawab sebagai ketua tim. Jadi saya lebih memilih untuk tidak menjadi ketua tim.
Proyek akhir kami yaitu tentang mengurangi tingkat obesitas pada anak-anak
pengidap autisme. Pada saat diskusi pertama kelompok kami lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bercanda dan mengobrol, sehingga pembagian tugas belum
dilakukan pada saat diskusi pertama. Pada saat diskusi kedua inilah kelompok
kami menjadi kesulitan dikarenakan pada pertemuan sebelumnya lebih banyak mengobrol
dan bercanda sehingga pada diskusi kedua ini kita ‘ngebut’ untuk
mengerjakannya. Tetapi pada akhirnya semua tugas tersebut dapat terselesaikan
sebelum due date pengumpulan di scele.
Saya sempat bertanya-tanya pada diri saya,
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kemudian saya mencoba bercerita dan
menanyakan pendapat dari salah seorang teman saya. Dia mengatakan bahwa mungkin
saja dikarenakan kurangnya komunikasi dalam kelompok, atau karena ketua tim kurang
tegas dalam mengkoordinir kelompok kami.
Setelah
mendengar pendapat teman saya, saya mencoba untuk mengevaluasi proses yang
terjadi di dalam kelompok kami yang menjadi penyebab terhambatnya proyek akhir
kami. Kelompok ini merupakan gabungan dari mahasiswa – mahasiswi dari fakultas
kedokteran, fakultas keddokteran gigi, fakultas ilmu keperawatan, fakultas
farmasi, dan fakultas kesehatan masyarakat, yang tentu akan sulit untuk
melakukan diskusi diluar jam mata kuliah kolaborasi tim kesehatan dan juga
dikarenakan jadwal masing-masing fakultas yang berbeda sehingga menyebabkan
kita semua tidak bisa berkumpul. Kurangnya intensitas pertemuan dapat
menyebabkan kurangnya komunikasi di dalam kelompok sehingga hubungan dalam
setiap anggota kurang erat dan dapat berakibat pada kegalalan kelompok untuk
mencapai tujuannya. Saya
mempelajari hal itu dari pembelajaran modul kolaborasi pada pembelajaran
mengenai konflik dalam kelompok.
Selain komunikasi yang kurang dalam
kelompok, saya juga menyadari bahwa saya kurang disiplin selama
proses penyelesaian proyek akhir tersebut. Saya kurang bisa mengkoordinir diri saya untuk
bekerja sama, untuk saling berbagi informasi, untuk saling berkolaborasi.
Padahal peran setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya sangatlah
penting dan anggota itu harus bertanggung jawab untuk ikut memberikan
kontribusi dengan cara mengerjakan tugasnya tepat waktu sebelum deadline yang
ditentukan.
Seorang pemimpin adalah seorang komunikator
yang baik. Setelah proyek akhir, peran saya yang terakhir ialah ketika ujian akhir.
Dengan berkaca pada pengalaman saat proyek akhir tersebut, saya mencoba untuk
melakukan tugas saya terakhir kalinya sebagai anggota yang baik yang mengerjakan tugasnya sesuai porsi yang
diberikan menjadi tanggung jawab saya. Saya memulai aktif
di forum diskusi di media sosial seperti whatsapp, line untuk dapat memudahkan setiap anggota kelompok
dalam berkomunikasi. Saat ujian akhir, saya berusaha berdiskusi dan memberikan
suatu ide-ide, pendapat-pendapat maupun
kritik yang maksimal dalam penyelesaian masalah untuk ujian kelompok.
Profesi perawat memiliki peran salah satunya
ialah menjadi seorang komunikator, dimana perawat berkomunikasi dengan klien
dan juga kepada profesi kesehatan lainnya dalam berkolaborasi untuk tujuan patient safety. Pengalaman tersebut
tentunya dapat saya dapatkan dalam berorganisasi atau mengikuti kepanitiaan,
terutama yang terdapat di Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan, sehingga saya juga
dapat memupuk rasa berkolaborasi dengan calon-calon profesi kesehatan lainnya,
seperti farmasi, dokter, kedokteran gigi, kesehatan masyarakat sedari masih
duduk di bangku perkuliahan.
Komentar
Posting Komentar