Langsung ke konten utama

Mekanisme Demam


Demam merupakan peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan (Sherwood, 2009). Demam, yang berarti suhu tubuh naik dari batas normal dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan suhu. Sebagai respon terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositotik tertentu (makrofag) mengeluarkan sutau bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen, selain efek-efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh.

Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 102
oF (38,9 oC), lalu hipotalamus mendeteksi suhu normal sebelum demam terlalu dingin sehingga hipotalamus memicu respons dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 102oF. Dan secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong vasokontriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas. Setelah suhu tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respons panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi.

Demam memperkuat peradangan dan mungkin mengahambat perkembangan bakteri. Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat di dalam jaringan atau dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan sitokin, salah satu sitokin  yang menyebabkan demam adalah interleukin-1 (IL-1) atau disebut leukosit pirogen atau pirogen endogen. Interleukin-1 (IL-1) dilepas oleh makrofag ke dalam cairan tubuh dan saat mencapai hipotalamus, hampir segera mengaktifkan proses yang menimbulkan demam. Sebanyak sepersepuluh juta gram endotoksin lipopolisakarida dari bakteri, bekerja bersama-sama dengan leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh, dapat menyebkan demam. Jumlah interleukin-1 yang dibenuk sebagai respons terhadap lipopolisakarida yang menyebabkan demam hanya beberapa nanogram (Guyton & Hall, 2014).

Selama demam, pirogen endogen menigkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin. Lalu aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesis prostaglandin. Obat seperti aspirin yang menurunkan demam disebut antipiretik.

Respon terhadap demam diklasifikasikan ke dalam empat fase yaitu Prodromal, Chill, Flush, dan defervescene (Elizbeth J. Corwin: 2008). Tahap prodromal (gejala awal) akan muncul keluhan-keluhan seperti sakit kepala ringan, keletihan, tidak enak badan, peningkatan denyut jantung, serta nyeri pada sendi dan otot. Fase chill (kedinginan) merupakan awal dari peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan aktivitas otot yang menghasilkan panas berlebih. Akan tetapi, panas yang dihasilkan justru akan menimbulkan sensasi dingin berlebihan (menggigil kedinginan). Pada fase ini akan terjadi penyempitan pada pembuluh darah di kulit, sehingga kulit akan terlihat pucat, badan terasa dingin, gemetar, serta menggigil. Akibatnya, tubuh mencapai suhu yang baru dan tersimpan di pusat kendali di dalam hipotalamus. Pada Fase flush (kemerahan), badan akan merasakan sensasi hangat sekujur tubuh, masih terjadi penyempitan pembuluh darah di kulit dan  kulit terasa hangat dan memerah. Terakhir, pada fase defervescene (pemulihan) memiliki gejala seperti kulit masih tampak kemerahan, menggigil ringan, serta berkeringat sehingga suhu tubuh menurun.

Dengan demikian, demam sebagai respons terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan karena kerusakan mekanisme termoregulasi, yang memiliki dampak kenaikan suhu tubuh di atas batas normal, yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan.


Referensi
Corwin, Elizbeth J. (2008). Buku Saku Patofisiologi, edisi 3. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C., Hall, J.E. (2014). Fisiologi kedokteran, edisi 12. Singapura : Elsevier.

Sherwood, Lauralee. (2009). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. 6th Ed. Jakarta: EGC.

Komentar

  1. infonya keren dan sangat bermanfaat sekali, jangan lupa kunjungi website kami. disini sobat bisa mendapatkan aneka info menarik dan terbaru Info Berita Terbaru

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR ORGANISASI SEL

STRUKTUR SEL Sel memiliki 3 subdivisi utama      1.  Membran Plasma           Membran Plasma adalah suatu struktur membran yang sangat tipis yang membungkus setiap sel. Membran plasma memisahkan isi sel dari lingkungan sekitar. Membran Plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada di dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstrasel (CES) di luar sel. 2.  Nukleus Nukleus berfungsi mengatur sebagian besar aktivitas sel, pusat pengendali sel, dan mengendalikan fungsi metabolisme. Nukleus berisi bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA), yang memiliki dua fungsi penting :                    (1) mengarahkan sintesis protein                    (2) berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replikasi sel. 3. Sitoplasma Sitoplasma terdiri dari sitosol dan organel. Sitosol dibentuk suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein yang dinamai sitoskeleton. Organel-organel yang terdapat di sitoplasma: 1) Retikulum Endoplasma Retikulum

Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

Oleh ___ 14065--- IPE-6 Pengertian Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim ( teamwork ) Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research Foundation., 2006).  Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama. Kolaborasi adalah s uatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya

Komunikasi Interprofessional (Mitra Kerja) pada Pelayanan Kesehatan

Komunikasi d engan S ejawat dan Mitra Profesi Kesehatan Lain (Interprofessional Communication) Komunikasi kesehatan adalah proses peyampaian informasi terkait kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepi yang positif tentang masalah kesehatan dan individu juga memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.             Petugas kesehatan harus bekerjasama membantu pasien untuk memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Menurut Endang Basuki, pasien sering merasa bingung karena dua dokter (pelayan kesehatan) yang menangani penyakitnya memberikan nasehat yang berbeda, atau kadang bertentangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya.             Bentuk komunikasi dal